Dalam 1 minggu ini, di tempat praktek, saya menjumpai 2 pasien yang saya curigai terkena Infeksi Virus Hepatitis. 1 pasien seorang remaja laki – laki berusia 15 tahun. 1 lagi seorang ibu rumah tangga berusia 30 tahun. Pasien yang remaja, sudah kita lakukan pemeriksaan penanda virusnya, dan ternyata terkena Hepatitis A, sedangkan pasien yang ibu rumah tangga, masih dalam proses untuk pemeriksaan penanda virus, karena pasien ini, baru datang ke tempat praktek 1 hari yang lalu, sehingga baru saya beri pengantar ke laboratorium untuk pemeriksaan penanda virus. Selain itu, tahun yang lalu, salah satu staf di klinik tempat saya praktek, diketahui ternyata terjangkit virus Hepatitis B, saat dilakukan pemeriksaan laboratorium. Nah, sebenernya apa sih hepatitis itu dan virus hepatitis itu ada berapa sih?
Sampai saat ini, kita mengenal
ada 7 Virus Hepatitis, yaitu Hepatitis A, B, C, D, E, G, dan TT. Tetapi, yang
kita kenal dengan akrab hanyalah 5 virus, yaitu Hepatitis A s/d E. Hal ini
dapat dipahami, karena adanya penemuan virus – virus baru dan kemungkinan
terjadi mutasi dari virus hepatitis, sehingga timbullah varian virus baru.
Berikut akan saya bahas sedikit mengenai hepatitis. Bila ada pertanyaan,
silahkan dapat mengisi comment di bawah. ;)
Hepatitis Virus
Hepatitis Virus akut merupakan
penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh, walaupun efek yang
menyolok terjadi pada hati. Hepatitis yang sudah kita kenal lama, ada 5
kategori :
1. Virus
Hepatitis A (HAV) – Virus RNA
2. Virus
Hepatitis B (HBV) – Virus DNA
3. Virus
Hepatitis C (HCV) – Virus DNA
4. Virus
Hepatitis D (HDV)
5. Virus
Hepatitis E (HEV)
Walaupun kelima agen ini dapat
dibedakan melalui penanda antigeniknya, tetapi kesemuanya memberikan gambaran
klinik yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan subklinis tanpa gejala,
hingga keadaan infeksi akut yang fatal.
Bentuk hepatitis yang paling
dikenal adalah Hepatitis A (HAV) dan Hepatitis B (HBV). Istilah ini lebih
disukai daripada istilah lama, yaitu hepatitis infeksiosa (penularan secara
enteral / saluran cerna) dan hepatitis serum (penularan secara parenteral / di
luar saluran penceranan). Hepatitis yang tidak dapat digolongkan sebagai
hepatitis A atau B melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non –
A dan non B, dan saat ini disebut hepatitis C. Selanjutnya ditemukan bahwa
jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang pertama dapat ditularkan secara
parenteral dan yang kedua ditularkan secara enteral. Tata nama terbaru
menyebutkan, jenis hepatitis non – A dan non – B yang ditularkan secara
parenteral, disebut Hepatitis C, sedangkan yang ditularkan secara enteral
disebut Hepatitis E. Virus hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus
yang menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B.
HDV dapat timbul sebagai infeksi yang bersamaan dengan HBV atau sebagai
superinfeksi pada seorang pembawa HBV.
Hepatitis Virus A (HAV)
Merupakan virus RNA kecil yang berdiameter 27 nm, virus ini dapat dideteksi di dalam feses pada akhir masa inkubasi dan fase preikterik (kuning). Sewaktu timbul ikterik, maka antibody terhadap HAV (Anti HAV) telah dapat diukur di dalam serum. Mula – mula, kadar antibody IgM anti HAV meningkat dengan tajam, sehingga memudahkan untuk diagnosis secara tepat adanya suatu infeksi HAV. Setelah masa akut, antibody IgG anti HAV menjadi dominan dan bertahan untuk seterusnya, keadaan ini menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau dan saat ini telah kebal. Keadaan pembawa / carrier tidak pernah ditemukan pada infeksi HAV.
Penularan
Melalui oral dengan menelan
makanan yang sudah terkontaminasi. Penularan melalui transfusi darah pernah
dilaporkan, tetapi penularan secara ini tidaklah umum. Penyakit ini sering
menyerang anak – anak atau akibat kontak dengan penderita melalui kontaminasi
feses pada makanan atau air minum. Penularan ditunjang oleh adanya sanitasi
yang yang buruk, kesehatan pribadi yang buruk dan kontak serumah (Feses ke
oral).
Masa inkubasi rata – rata 28 hari
Penanda laboratorium yang bisa diperiksa :
1. Anti
HAV total
2. Anti
HAV IgM
3. SGOT
4. SGPT
Merupakan virus DNA bercangkang
ganda yang memiliki ukuran 42 nm, virus ini memiliki lapisan permukaan dan
bagian ini. Penanda serologic pertama yang dipakai untuk identifikasi HBV
adalah antigen permukaan (HBsAg) yang positif kira – kira 2 minggu sebelum
timbulnya gejala klinis dan biasanya menghilang pada masa konvalesen dini,
tetapi dapat pula bertahan selama 4 – 6 bulan. Pada sekitar 1 % sampai 2 %
penderita hepatitis kronik, HBsAg menetap selama lebih dari 6 bulan. Penderita
– penderita seperti ini disebut sebagai pembawa / carrier HBV. Adanya HBsAg
menandakan penderita dapat menularkan HBV ke orang lain dan menginfeksi mereka.
Petanda yang muncul berikutnya biasanya merupakan antibodi terhadap antigen inti, anti – HBc. Antigen inti sendiri, HBcAg tidak terdeteksi secara rutin di dalam serum penderita infeksi HBV, karena terletak di dalam kulit luar HBsAg. Antibodi anti – HBc dapat terdeteksi segera setelah gambaran klinis hepatitis muncul dan menetap untuk seterusnya. Antibodi ini merupakan petanda kekebalan yang paling jelas didapat dari infeksi HBV (bukan dari vaksinasi). Antibodi anti HBc selanjutnya dapat dipilah lagi menjadi fragmen IgM dan IgG. Antibodi IgM anti HBc terlihat dini selama terjadi infeksi dan bertahan lebih lama dari 6 bulan. Antibodi ini merupakan petanda yang dapat dipercaya untuk mendeteksi infeksi baru atau infeksi yang telah lewat. Adanya predominasi antibodi IgG anti HBc menunjukkan kesembuhan dari HBV di masa lampau (6 bulan) atau infeksi HBV kronik.
Antibodi yang muncul berikutnya
adalah antibodi terhadap antigen permukaan, anti HBs. Antibodi anti-HBs timbul
setelah infeksi membaik dan berguna untuk memberikan kekebalan jangka panjang.
Setelah vaksinasi (yang hanya memberikan kekebalan terhadap antigen permukaan),
kekebalan dinilai dengan mengukur kadar antibodi anti – HBs. Cara terbaik untuk
menentukan kekebalan yang dihasilkan oleh infeksi spontan adalah dengan
mengukur kadar antibodi anti HBc.
Antigen e, HBeAg, merupakan
bagian HBV yang larut. Antigen ini timbul bersamaan atau segera setelah HBsAg
dan menghilang beberapa minggu sebelum HBsAg menghilang. HBeAg selalu ditemukan
pada semua infeksi akut, menunjukkan adanya replikasi virus dan bahwa penderita
dalam keadaan sangat menular. Jika menetap, mungkin menunjukkan infeksi
replikatif yang kronik. Antibodi terhadap HBeAg (anti – HBe) muncul pada hampir
semua infeksi HBV dan berkaitan dengan hilangnya virus – virus yang bereplikasi
dan berkurangnya daya tular.
Pembawa HBV merupakan individu
yang pemeriksaan HBsAg nya + pada sekurang – kurangnya 2x pemeriksaan yang
berjarak 6 bulan atau individu dengan hasil tes terhadap HBsAg nya (+) tetapi
IgM anti HBc nya (-) dari 1 spesimen
tunggal. Derajat kemampuan menular berhubungan paling erat dengan hasil tes
HBeAg (+).
Infeksi HBV merupakan penyebab
utama dari hepatitis akut dan kronik, sirosis dan kanker hati di serluruh
dunia. Hanya sekitar 25% pasien mengalami ikterus. 25% pasien pembawa hepatitis
kronis, sering berkembang menjadi hepatitis kronis aktif yang kemudian
berlanjut menjadi sirosis.
Penularan
Secara garis besar melalui 3
macam :
1. Hubungan
sexual
2. Parenteral
– melalui darah
3. Transplacental
(dari ibu ke anak)
Masa inkubasi rata – rata adalah sekitar 120 hari
Penanda laboratorium yang bisa diperiksa :
1. HBsAg
kualitatif
2. HBsAg
kuantitatif
3. Anti
– HBs
4. Anti
– HBc total
5. Anti
– HBc IgM
6. HBeAg
7. Anti
HBe
8. HBV
– DNA kualitatif
9. HBV
– DNA kuantitatif
10. SGOT
11. SGPT
Merupakan virus RNA kecil
terbungkus lemak dengan diameter 30 – 60 nm. Telah dikembangkan suatu peneraan
imun untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV (anti – HCV). Pemeriksaan ini
diperkenalkan pada bulan Mei 1990 sebagai suatu tes penyaring donor darah dan
berpotensi menurunkan angka penularan hepatitis melalui transfusi sebesar 85 %.
HCV bertanggung jawab atas 90 % – 95 % kasus hepatitis akibat transfusi darah.
Hepatitis kronik terjadi pada sekitar 50 % dari semua orang yang terinfeksi dan
20 % dari mereka akhirnya akan berkembang menjadi sirosis hati. Penelitian
terbaru juga menunjukkan bahwa HCV kronik berkaitan erat dengan perkembangan
kanker hati.
Penularan : sama dengan Hepatitis C
Masa inkubasi antara 15 – 160 hari, rata – rata sekitar 50 hari.
Penanda laboratorium yang bisa diperiksa :
1. Anti
– HCV total
2. HCV
– RNA kualitatif
3. HCV
– RNA kuantitatif
4. HCV
genotip
5. SGOT
6. SGPT
Merupakan virus RNA berukuran 35
nm, anehnya, virus ini membutuhkan HBsAg untuk berperan sebagai lapisan luar
partikel yang menular. Sehingga, hanya penderita yang (+) terhadap HBsAg dapat
tertular oleh HDV.
Masa inkubasi diduga menyerupai HBV, yaitu sekitar 2 bulan.
Penanda laboratorium
Antigen (HDag) yang menandakan
infeksi akut dini, dan antibodi (anti – HDV) yang menunjukkan infeksi di masa
lalu telah dapat diperiksa. Tetapi untuk laboratorium umum yang berada di
Indonesia, belum dapat memeriksanya.
Infeksi HDV merupakan suatu
keadaan endemic bersama HBV. HDV timbul dengan 3 keadaan klinis :
1. Koinfeksi
dengan HBV
2. Superinfeksi
pembawa HBV
3. Hepatitis
fulminan
Hepatitis Virus E (HBE)
Merupakan suatu virus RNA kecil berdiameter ± 32 – 34 nm. Sejauh ini, usaha untuk mengembangkan suatu tes serologik untuk virus ini masih belum berhasil. Seperti HAV, infeksi HEV ditularkan melalui jalan fekal – oral dan telah dikaitkan dengan epidemic lewat air di negara berkembang. Masa inkubasinya sekitar 6 minggu.
Patologi
Perubahan
morfologik pada hati, seringkali serupa untuk berbagai virus yang berlainan.
Pada kasus yang klasik, ukuran dan warna hati tampak normal, tetapi kadang –
kadang sedikit edema, membesar dan berwarna seperti empedu. Secara histologik,
susunan hepatoselular menjadi kacau, cedera dan terjadi nekrosis / kematian sel
hati dan peradangan perifer. Perubahan ini reversible sempurna, bila fase akut
penyakit mereda. Pada beberapa kasus, nekrosis submasif atau masif, dapat
mengakibatkan gagal hati yang berat dan kematian.
Secara klinis dapat bervariasi, mulai dari gagal hati berat, sampai hepatitis anikterik subklinis. Keadaan anikterik subklinis ini, sering ditemukan pada infeksi HAV dan seringkali penderita mengira menderita “flu”. Infeksi HBV biasanya lebih berat dibandingkan HAV, dan insidens nekrosis / kematian sel masif dan payah hati berat lebih sering terjadi.
Sebagian besar
infeksi hepatitis A dan B berlangsung ringan dengan penyembuhan sempurna dan
gambaran klinis serupa. Gejala – gejala prodromal timbul pada semua penderita
dan dapat berlangsung selama 1 minggu atau lebih sebelum timbul ikterik
(meskipun tidak semua pasien akan mengalami ikterus). Gambaran utama pada masa
ini adalah malaise / rasa malas, anoreksia / nafsu makan turun, sakit kepala,
demam derajat rendah. Banyak pasien juga mengalami artralgia / nyeri sendi,
arthritis, urtikaria / gatal dan ruam kulit sementara. Terkadang dapat terjadi
glomerulonefritis / gangguan ginjal. Dapat juga timbul perasaan tidak enak di
daerah perut kanan atas (Bawah iga) yang biasanya dihubungkan dengan peregangan
kapsula hati.
Fase prodromal
kemudian diikuti oleh fase ikterik dan mulainya ikterik. Fase ini biasanya
berlangsung 4 – 6 minggu. Selama fase ini, biasanya penderita merasa lebih
sehat. Nafsu makan kembali dan demam mereda, tetapi kemih menjadi lebih gelap
dan feses memucat. Hati membesar sedang pada sekitar 1/4 pasien. Sering kali ditemukan limfadenopati yang nyeri.
Kelainan biokimiawi yang paling dini adalah peningkatan kadar SGOT dan SGPT, yang mendahului mulainya ikterus seminggu atau 2 minggu. Pemeriksaan kemih pada saat ini akan mengungkap adanya bilirubin dan kelebihan urobilinogen. Bilirubin menetap selama penyakit berlangsung, namun urobilinogen kemih akan menghilang untuk sementara waktu bilamana ada fase obstruktif yang disebabkan oleh kolestasis; dalam perjalanan penyakit selanjutnya, dapat timbul peningkatan urobilinogen kemih sekunder
Fase ikterik / kuning dikatikan dengan hiperbilirubinemia (baik fraksi terkonjugasi dan tak terkonjugasi) yang biasanya kurang dari 10 ,g / 100 ml. Kadar fosfatase alkali serum biasanya normal atau sedikit meningkat. Leukositosis ringan lazim ditemukan pada hepatitis virus, dan waktu protrombin dapat memanjang. HBsAg ditemukan dalam serum selama fase prodromal dan memastikan adanya hepatitis HBV.
Pada kasus yang tidak berkomplikasi, penyembuhan dimulai 1 atau 2 minggu setelah mulainya ikterus dan berlangsung 2- 6 minggu. Mudah lelah merupakan keluhan yang sering diajukan. Feses dengan cepat memperoleh warnanya kembali seperti semula, ikterus berkurang dan warna kemih menjadi lebih muda. Bila ada splenomegali (pembesaran limpa), maka akan segera mengecil. Tetapi, hepatomegali (pembesaran liver) baru akan kembali normal stelah beberapa minggu kemudian. Temuan laboratorium dan hasil tes fungsi hati yang abnormal dapat menetap selama 3 - 6 bulan.
Komplilkasi
Tidak setiap pasien dengan hepatitis virus akan mengalami perjalanan penyakit yang lengkap. Sejumlah kecil pasien (<1%) memperlihatkan kemunduran klinis yang cepat setelah mulainya ikterus akibat hepatitis fulminan dan nekrosis hati masif (rusaknya sel hati). Hepatitis fulminan dicirikan oleh tanda dan gejala gagal hati akut seperti penciutan hati, kadar bilirubin serum meningkat cepat, pemanjangan waktu protrombin yang sangat nyata dan koma hepatik. Kematian dapat timbul pada 80 % kasus dan dalam beberapa hari pada sebagaian kasus. Yang lain dapat bertahan hidup selama beberapa minggu bila kerusakan tidak terlalu luas. HBV bertanggung jawab atas 50 % kasus hepatitis fulminan dan seringkali disertai infeksi HDV. Hepatitis fulminan tidak sering menjadi komplikasi HCV dan amat jarang menyertai HAV.
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit yang memanjang hingga 4 - 8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai hepatitis kronik persisten dan terjadi pada 5 % - 10 % pasien. Akan tetapi, meskipun terlambat, pasien - pasien hepatitis kronik persisten akan selalu sembuh kembali.
Sekitar 5 % dari pasien hepatitis virus, akan mengalami kekambuhan setelah serangan awal. Kekambuhan biasanya dihubungkan dengan minum alkohol atau aktivitas fisik yang berlebihan. Ikterus biasanya tidak terlalu nyata, dan tes fungsi hati tidak memperlihatan kelainan dalam derajat yang sama. Istrirahat cukup biasanya akan segera diikuti kesembuhan.
Setelah hepatitis virus akut, sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif, di mana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti dan perkembangan sirosis. Kondisi ini dibedakan dari hepatitis kronik persisten dengan biopsi hati. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati, namun prognosis tetap buruk. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun akibat gagal hati atau komplikasi sirosis. Hepatitis kronik aktif dapat berkembang pada hampir 50 % pasien dengan HCV, sedangkan proporsinya pada penderita HBV jauh lebih kecil (sekitar 1 - 3 %). Sebaliknya, hepatitis kronik umumnya tidak menjadi komplikasi dari HAV atau HEV. Tidak semua kasus hepatitis kronik aktif terjadi menyusul hepatitis virus akut. Obat - obatan yang dapat terlibat dalam patogenesis kelainan ini termasuk alfametildopa, isoniazid, sulfonamida dan aspirin.
Akhirnya, suatu komplikasi lanjut dari hepatitis yang cukup bermakna adalah perkembangan karsinoma hepatoselular / kanker hati
Pengobatan
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus. Istirahat cukup selama fase akut dengan makan makanan yang cukup bergizi merupakan anjuran yang biasanya kita sampaikan. Pemberian makanan intravena (opname) mungkin perlu selama fase akut bila pasien terus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala - gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
Pencegahan
Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis, maka penekanan lebih diarahkan pada pencegahan melalui imunisasi. Dulu, sewaktu saya masih kecil, vaksinasi Hepatitis B belum ditemukan , tetapi, saat ini, vaksinasi hepatitis B menjadi vaksin wajib. Kini tersedia imunisasi pasif untuk HAV dan imunisasi aktif dan pasif untuk HBV.
Kelainan biokimiawi yang paling dini adalah peningkatan kadar SGOT dan SGPT, yang mendahului mulainya ikterus seminggu atau 2 minggu. Pemeriksaan kemih pada saat ini akan mengungkap adanya bilirubin dan kelebihan urobilinogen. Bilirubin menetap selama penyakit berlangsung, namun urobilinogen kemih akan menghilang untuk sementara waktu bilamana ada fase obstruktif yang disebabkan oleh kolestasis; dalam perjalanan penyakit selanjutnya, dapat timbul peningkatan urobilinogen kemih sekunder
Fase ikterik / kuning dikatikan dengan hiperbilirubinemia (baik fraksi terkonjugasi dan tak terkonjugasi) yang biasanya kurang dari 10 ,g / 100 ml. Kadar fosfatase alkali serum biasanya normal atau sedikit meningkat. Leukositosis ringan lazim ditemukan pada hepatitis virus, dan waktu protrombin dapat memanjang. HBsAg ditemukan dalam serum selama fase prodromal dan memastikan adanya hepatitis HBV.
Pada kasus yang tidak berkomplikasi, penyembuhan dimulai 1 atau 2 minggu setelah mulainya ikterus dan berlangsung 2- 6 minggu. Mudah lelah merupakan keluhan yang sering diajukan. Feses dengan cepat memperoleh warnanya kembali seperti semula, ikterus berkurang dan warna kemih menjadi lebih muda. Bila ada splenomegali (pembesaran limpa), maka akan segera mengecil. Tetapi, hepatomegali (pembesaran liver) baru akan kembali normal stelah beberapa minggu kemudian. Temuan laboratorium dan hasil tes fungsi hati yang abnormal dapat menetap selama 3 - 6 bulan.
Komplilkasi
Tidak setiap pasien dengan hepatitis virus akan mengalami perjalanan penyakit yang lengkap. Sejumlah kecil pasien (<1%) memperlihatkan kemunduran klinis yang cepat setelah mulainya ikterus akibat hepatitis fulminan dan nekrosis hati masif (rusaknya sel hati). Hepatitis fulminan dicirikan oleh tanda dan gejala gagal hati akut seperti penciutan hati, kadar bilirubin serum meningkat cepat, pemanjangan waktu protrombin yang sangat nyata dan koma hepatik. Kematian dapat timbul pada 80 % kasus dan dalam beberapa hari pada sebagaian kasus. Yang lain dapat bertahan hidup selama beberapa minggu bila kerusakan tidak terlalu luas. HBV bertanggung jawab atas 50 % kasus hepatitis fulminan dan seringkali disertai infeksi HDV. Hepatitis fulminan tidak sering menjadi komplikasi HCV dan amat jarang menyertai HAV.
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit yang memanjang hingga 4 - 8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai hepatitis kronik persisten dan terjadi pada 5 % - 10 % pasien. Akan tetapi, meskipun terlambat, pasien - pasien hepatitis kronik persisten akan selalu sembuh kembali.
Sekitar 5 % dari pasien hepatitis virus, akan mengalami kekambuhan setelah serangan awal. Kekambuhan biasanya dihubungkan dengan minum alkohol atau aktivitas fisik yang berlebihan. Ikterus biasanya tidak terlalu nyata, dan tes fungsi hati tidak memperlihatan kelainan dalam derajat yang sama. Istrirahat cukup biasanya akan segera diikuti kesembuhan.
Setelah hepatitis virus akut, sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif, di mana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti dan perkembangan sirosis. Kondisi ini dibedakan dari hepatitis kronik persisten dengan biopsi hati. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati, namun prognosis tetap buruk. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun akibat gagal hati atau komplikasi sirosis. Hepatitis kronik aktif dapat berkembang pada hampir 50 % pasien dengan HCV, sedangkan proporsinya pada penderita HBV jauh lebih kecil (sekitar 1 - 3 %). Sebaliknya, hepatitis kronik umumnya tidak menjadi komplikasi dari HAV atau HEV. Tidak semua kasus hepatitis kronik aktif terjadi menyusul hepatitis virus akut. Obat - obatan yang dapat terlibat dalam patogenesis kelainan ini termasuk alfametildopa, isoniazid, sulfonamida dan aspirin.
Akhirnya, suatu komplikasi lanjut dari hepatitis yang cukup bermakna adalah perkembangan karsinoma hepatoselular / kanker hati
Pengobatan
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus. Istirahat cukup selama fase akut dengan makan makanan yang cukup bergizi merupakan anjuran yang biasanya kita sampaikan. Pemberian makanan intravena (opname) mungkin perlu selama fase akut bila pasien terus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala - gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
Pencegahan
Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis, maka penekanan lebih diarahkan pada pencegahan melalui imunisasi. Dulu, sewaktu saya masih kecil, vaksinasi Hepatitis B belum ditemukan , tetapi, saat ini, vaksinasi hepatitis B menjadi vaksin wajib. Kini tersedia imunisasi pasif untuk HAV dan imunisasi aktif dan pasif untuk HBV.
Pak Dokter saya mau tanya, kalau hasil Medical Check Up SGOT, SGPT & Gamma GT masih dalam batas normal namun hasil pemeriksaan HBsAg :Reaktif, Ini maksudnya bagaimana ya? Apakah Positif tertular Virus Hepatitis B? Tetapi hasil pemeriksaan HBeAg : Non Reaktif.
ReplyDeleteTerimakasih Sebelumnya Pak...
Hallo Allin Surbakti,
DeleteHBsAg adalah singkatan dari Hepatitis B Surface Anti Gen. Bila HBsAg reaktif, ini berarti bila memang positif tertular virus Hepatitis B. Anda perlu melengkapi dengan pemeriksaan lain dan follow up lebih lanjut. Terkait hasil lab lain yang normal, biasanya penderita tetap merasa sehat dan baik-baik saja tubuhnya dan lab lain bisa normal. Namun, apabila perkembangan penyakit ini berlanjut, baru timbul gejala hepatitis B, berupa kulit dan mata kuning, air kencing seperti teh tua, rasa tidak nyaman di perut, dan banyak lainnya. Serta diikuti dengan hasil lab yang abnormal.
HBeAg : Non reaktif
HBeAg singkatan dari Hepatitis B Envelope Anti Gen, Hasil yang reaktif, menandakan adanya replikasi virus dan bahwa penderita dalam keadaan sangat menular. Bila non reaktif, berarti saat ini, virus sedang pasif / dorman, yang suatu saat, bisa menjadi aktif kembali dan menimbulkan keluhan.
Pak Dokter saya mau tanya, kalau hasil Medical Check Up SGOT, SGPT & Gamma GT masih dalam batas normal namun hasil pemeriksaan HBsAg :Reaktif, Ini maksudnya bagaimana ya? Apakah Positif tertular Virus Hepatitis B? Tetapi hasil pemeriksaan HBeAg : Non Reaktif.
ReplyDeleteTerimakasih Sebelumnya Pak...