Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal. Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya. Dengan demikian tiap orang perlu memperhatikan banyaknya masukan makanan (disesuaikan dengan kebutuhan tenaga sehari-hari) dan aktivitas fisik yang dilakukan. Perhatian lebih besar mengenai kedua hal ini terutama diperlukan bagi mereka yang kebetulan berasal dari keluarga obesitas, berjenis kelamin wanita, pekerjaan banyak duduk, tidak senang melakukan olahraga, serta emosionalnya labil.
Penentuan Obesitas
Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan kwadrat tinggi badan dalam ukuran meter.
Rumus menentukan IMT :
IMT = BB / TB²
KKP I < 16
KKP II 16,0 – 16,9
KKP III 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 24,9
Obesitas I 25,0 – 29,9
Obesitas II 30,0 – 40,0
Obesitas III >40
Tipe-tipe obesitas Berdasarkan kondisi selnya
Kegemukan dapat digolongkan Dalam
beberapa tipe,yaitu :
1) Tipe
Hiperplastik
Kegemukan yang
terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi
ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran sel normal, terjadi pada masa anak-anak.
Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa anak-anak akan lebih
sulit.
2) Tipe Hipertropik
Kegemukan ini
terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan ukuran sel normal.
Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat
akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.
3) Tipe Hiperplastik dan Hipertropik
Kegemukan tipe
ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini
dimulai pada masa anak - anak dan terus berlangsung sampai setelah dewasa.
Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang paling sulit,
karena dapat beresiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit
degeneratif.
Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, ada dua tipe obesitas
yaitu:
b). Tipe buah pear (Genoid), tipe
ini mempunyai timbunan lemak pada bagian bawah, yaitu sekitar perut, pinggul,
paha, dan pantat. Tipe ini banyak diderita oleh perempuan. Jenis timbunan
lemaknya adalah lemak tidak jenuh
Resiko obesitas
Dari segi fisik, orang yang
mengalami obesitas akan mengalami rendah diri dan merasa kurang percaya diri.
Sehingga seringkali akan mengalami tekanan, baik dari dirinya sendiri maupun
dari lingkungannya. Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan ideal,
akan menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ
tubuh. Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakit degeneratif.
Penyakit – penyakit tersebut antara lain :
a) Hipertensi
Orang dengan
obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap Penyakit hipertensi.
Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia 20 – 39 tahun, orang
obesitas mempunyai resiko 2x (dua) kali lebih besar terserang hipertensi
dibandingkan dengan orang yang mempunyai berat Badan normal.
b) Jantung
coroner
Penyakit jantung
koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh darah koroner.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar 88 %
mendapat resiko terserang penyakit jantung koroner. Meningkatnya faktor resiko
penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya penambahan berat badan
seseorang. Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20
– 40 tahun ternyata berpengaruh lebih besar terjadinya penyakit jantung
dibandingkan kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih tua.
c) Diabetes Mellitus
Diabetes
mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak selalu
timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita
diabetes mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya
penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Maka,
dianjurkan bagi penderita diabetes yang ingin menurunkan berat badan sebaiknya
dilakukan dengan mengurangi konsumsi bahan makanan sumber lemak dan lebih
banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat
d) Gout
Penderita
obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang sendi yang lebih
serius jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya ideal. Penderita
obesitas yang juga menderita gout harus menurunkan berat badannya secara
perlahan-lahan.
e) Batu
Empedu
Penderita
obesitas mempunyai resiko terserang batu empedu lebih tinggi karena ketika
tubuh mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak tubuh, cairan empedu lebih
banyak diproduksi di dalam hati dan disimpan dalam kantong empedu. Penyakit
batu empedu lebih sering terjadi pada penderita obesitas tipe buah apel.
Penurunan berat badan tidak akan mengobati penyakit batu empedu, tetapi hanya
membantu dalam pencegahannya. Sedangkan untuk mengobati batu empedu harus
menggunakan sinar ultrasonic maupun melalui pembedahan.
f) Kanker
Hasil penelitian
terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan obesitas akan beresiko terkena
kanker usus besar, rectum, dan kelenjar prostate. Sedangkan pada wanita akan beresiko
terkena kanker rahim dan kanker payudara. Untuk mengurangi resiko tersebut
konsumsi lemak total harus dikurangi. Pengurangan lemak dalam makanan sebanyak
20 – 25 % per kilo kalori merupakan pencegahan terhadap resiko penyakit kanker
payudara.
Faktor yang menyebabkan obesitas secara langsung :
a. Genetik
Yang dimaksud
faktor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang tuanya. Pengaruh
faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab kegemukan .
Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa factor genetic
merupakan factor penguat terjadinya kegemukan. Menurut penelitian , anak - anak
dari orang tua yang mempunyai berat badan normal ternyata mempunyai 10 % resiko
kegemukan. Bila salah satu orang tuanya menderita kegemukan , maka peluang itu
meningkat menjadi 40 – 50 %. Dan bila kedua orang tuanya menderita kegemukan
maka peluang factor keturunan menjadi 70–80%.
b. Hormonal
Pada wanita yang
telah mengalami menopause, fungsi hormone tiroid didalam tubuhnya akan menurun.
Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang. Terlebih
lagi pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme basal tubuh, sehingga
mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat badannya. Selain hormon tiroid,
hormone insulin juga dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini dikarenakan hormone
insulin mempunyai peranan dalam menyalurkan energi kedalam sel-sel tubuh. Orang
yang mengalami peningkatan hormone insulin, maka timbunan lemak didalam
tubuhnya pun akan meningkat. Hormon lainnya yang berpengaruh adalah hormone
leptin yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary, sebab hormone ini berfungsi
sebagai pengatur metabolisme dan nafsu makan serta fungsi hipotalmus yang
normal. Abnormalitas menyebabkan hiperfagia.
c. Obat - obatan
Saat ini sudah
terdapat beberapa obat yang dapat merangsang pusat lapar didalam tubuh. Dengan
demikian orang yang mengkonsumsi obat - obatan tersebut, nafsu makannya akan
meningkat, apalagi jika dikonsumsi dalam waktu yang relative lama, seperti
dalam keadaan penyembuhan suatu penyakit, maka hal ini akan memicu terjadinya
kegemukan.
d. Asupan makan
Asupan makanan
adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi seseorang. Asupan Energi yang berlebih
secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (over
weight), dan obesitas. Makanan dengan kepadatan Energi yang tinggi (banyak
mengandung lemak dan gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut
menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang positip ini. Perlu diyakini
bahwa obesitas hanya mungkin terjadi jika terdapat kelebihan makanan dalam
tubuh, terutama bahan makanan sumber energi. Dan kelebihan makanan itu sering
tidak disadari oleh penderita obesitas. Ada tiga hal yang mempengaruhi asupan
makan, yaitu kebiasaan makan, pengetahuan, dan ketersediaan makanan dalam
keluarga. Kebiasaan makan berkaitan dengan makanan menurut tradisi setempat,
meliputi hal - hal bagaimana makanan diperoleh, apa yang dipilih, bagaimana
menyiapkan, siapa yang memakan, dan seberapa banyak yang dimakan. Ketersediaan
pangan juga mempengaruhi asupan makan, semakin baik ketersediaan pangan suatu
keluarga, memungkinkan terpenuhinya seluruh kebutuhan zat gizi. Ketersediaan
pangan sangat dipengaruhi oleh pemberdayaan keluarga dan pemanfaatan sumber daya
masyarakat. Sedangkan kedua hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan kemiskinan. Kecukupan gizi menurut Recommended dietary Allowance
(RDA) tahun 1989 adalah banyaknya zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan
mencakup hampir semua orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis
kelamin, aktifitas, berat badan, tinggi badan, genetic, dan keadaan hamil dan
menyusui. Kecukupan gizi yang dianjurkan berbeda dengan kebutuhan gizi. Kebutuhan
energi total untuk orang dewasa diperlukan untuk metabolisme basal, aktivitas
fisik, dan efek makanan atau pengaruh dinamik khusus (SDA). Kebutuhan energi
terbesar diperlukan untuk metabolisme basal. Angka kecukupan protein (AKP)
orang dewasa menurut hasil penelitian keseimbangan nitrogen yaitu 0,75 gr/kg
berat badan, berupa protein patokan tinggi yaitu protein telur. Angka ini
dinamakan safe level of intake atau taraf asupan terjamin.
e. Aktivitas Fisik
Obesitas juga
dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi juga dikarenakan
aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi. Beberapa hal
yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya berbagai
fasilitas yang memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan aktivitas fisik
menurun. Faktor lainnya adalah adanya kemajuan teknologi di berbagai bidang
kehidupan yang mendorong masyarakat untuk menempuh kehidupan yang tidak
memerlukan kerja fisik yang berat. Hal ini menjadikan jumlah penduduk yang
melakukan pekerjaan fisik sangat terbatas menjadi semakin banyak, sehingga
obesitas menjadi lebih merupakan masalah kesehatan.
Faktor yang menyebabkan obesitas secara tidak langsung
a. Pengetahuan
gizi.
Pengetahuan gizi
memegang peranan penting dalam menggunakan pangan dengan baik sehingga dapat
mencapai keadaan gizi yang cukup. Pengetahuan ibu dipengaruhi oleh
pendidikannya. Tingkat pendidikan , pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki
sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Dengan berbekal pendidikan yang
cukup, seseorang akan lebih banyak memperoleh informasi dalam menentukan pola
makan bagi dirinya maupun keluarganya . Pengetahuan merupakan hasil tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain.
Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi mempunyai hubungan yang erat dengan
pendidikannya. Pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal,
namun juga dari informasi orang lain, media massa atau dari hasil pengalaman
orang lain.
b. Pengaturan Makan
Hidangan gizi
seimbang adalah makanan yang mengandung zat gizi tenaga, zat pembangun , dan
zat pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam waktu satu hari sesuai dengan
kecukupan tubuhnya (Departemen Kesehatan RI, 1996). Makanan sumber karbohidrat
kompleks merupakan sumber energi utama. Bahan makanan sumber karbohidrat
kompleks adalah padi - padian (beras, jagung, gandum), umbi - umbian (singkong
ubi jalar dan kentang) dan bahan makanan lain yang mengandung banyak
karbohidrat seperti pisang dan sagu. Gula tidak mengenyangkan tetapi cenderung
di konsumsi berlebih, konsumsi gula berlebihan menyebabkan kegemukan. Oleh
karena itu konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan
energi atau 3 - 4 sendok makan setiap harinya. Konsumsi zat tenaga yang
melebihi kecukupan dapat mengakibatkan kenaikan berat badan, bila keadaan ini
berlanjut akan menyebabkan obesitas yang biasanya disertai dengan gangguan
kesehatan lainnya. Berat badan merupakan petunjuk utama apakah seseorang
kekurangan atau kelebihan energi dari makanan. Obesitas dapat terjadi jika
konsumsi makanan dalam tubuh melebihi kebutuhan, dan penggunaan energi yang
rendah.
Beberapa penyebab yang menjadikan seseorang makan melebihi kebutuhan
adalah :
1) Makan
berlebih
Tidak bisa
mengendalikan nafsu makan merupakan kebiasaan buruk, baik dilakukan dirumah,
restoran, saat pesta, maupun pada pertemuan-pertemuan. Apabila sudah merasa
kenyang, janganlah sekali - kali menambah porsi makanan meskipun makanan yang
tersedia sangat lezat. Faktor ini sangat berhubungan erat dengan rasa lapar dan
nafsu makan. Begitu juga saat terjadi stress (rasa takut, cemas), beberapa
orang dalam menghadapinya akan mengalihkan perhatiaannya pada makanan.
2) Kebiasaan mengemil makanan ringan
Mengemil adalah
kebiasaan makan yang dilakukan di luar waktu makan, dan makanan yang dikonsumsi
berupa makanan kecil yang rasanya gurih, manis manis dan biasanya digoreng.
Bila kebiasaan ini tidak dikontrol akan dapat menyebabkan kegemukan, karena
jenis makanan tersebut termasuk tinggi kalori. Namun jika rasa lapar sulit
untuk ditahan, maka makanlah makanan yang rendah kalori dan tinggi serat
seperti sayuran dan buah-buahan.
3) Suka makan tergesa-gesa
Makan secara
terburu-buru akan menyebabkan efek kurang menguntungkan bagi pencernaan, selain
dapat mengakibatkan rasa lapar kembali. Begitu pula dengan kebiasaan mengunyah
makanan yang kurang halus. Padahal makan dengan tidak terburu-buru dan
mengunyah makanan yang halus akan memelihara kesehatan gigi dan gusi.
4) Salah memilih dan mengolah makanan
Faktor ini
biasanya disebabkan karena ketidaktahuan. Tetapi banyak juga orang yang memilih
makanan hanya karena prestise semata. Misalnya, banyak orang yang lebih memilih
makanan yang cepat saji, padahal makanan tersebut banyak mengandung lemak,
kalori dan gula yang berlebih, sedangkan kandungan seratnya rendah. Selain
makanan tersebut, masyarakat juga menyukai makanan gorenggorengan ataupun yang
bersantan. Padahal minyak dan santan selain tinggi kalori, juga merupakan lemak
yang mengandung ikatan jenuh sehingga sulit untuk dipecah menjadi bahan bakar.
Oleh karena itu, biasakanlah memasak dengan cara membakar, merebus, mengukus,
memanggang dan mengetim.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThanks for sharing, Doc!
ReplyDeleteIt is quite useful..
your welcome ;)
Delete