Underweight atau
berat badan kurang adalah suatu kondisi dimana berat badan seseorang dianggap
terlalu rendah untuk dianggap sehat. Beberapa penyebab yang dapat menyebabkan
berat badan kurang adalah genetik, metabolism, beberapa penyakit kronis
(hyperthyroid, tuberculosa, kanker), anorexia nervosa dan kemiskinan pada orang
– orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan primernya akan pangan, depresi
(kekhawatiran yang berlebihan akan penampilannya). Bila tubuh tidak mendapatkan
kebutuhan nutrisi yang cukup, akan tejadi gangguan yang dapat berupa kurangnya
stamina dan energi. Berat badan yang kurang dapat menyebabkan sejumlah penyakit
yang disebabkan karena daya tahan tubuh atau imunitas yang rendah.
Tak
dapat dipungkiri, tubuh kurus dan langsing merupakan idaman banyak wanita. Tak sedikit
yang rela menunda waktu makan atau merogoh saku lebih dalam demi mendapat tubuh
yang diidamkan. Pasalnya, ukuran tubuh seperti ini dinilai dapat meningkatkan
rasa percaya diri sekaligus menghindarkan diri dari segala risiko penyakit. Kasus
berat badan kurang banyak dialami oleh perempuan yang umumnya merasa takut
gemuk. Mereka menjalani diet tanpa tahu porsi yang benar dan akibat - akibatnya.
Faktor psikologis sangat berpengaruh membuat seseorang mengalami berat badan
kurang.
Kasus
berat badan kurang memang jarang disadari sebagai penyakit karena ciri serta
dampaknya belum terlalu dikenal masyarakat. Padahal, mereka yang kelebihan
maupun kekurangan berat badan sama -sama beresiko untuk terjangkit penyakit.
Orang
dengan berat badan kurang umumnya mengalami ketidakseimbangan komposisi zat - zat
yang diperlukan tubuh. Sehingga daya tahan tubuh berkurang dan membuat
seseorang menjadi lebih rentan terkena penyakit.
Indeks
Massa Tubuh
Berbeda
dengan kasus overweight atau obesitas yang mudah dikenali dari tampilan
fisik, underweight justru jarang disadari oleh para penderitanya. Setiap
orang harus mengetahui kondisi berat badannya, agar pola makan dan pola hidup
yang sesuai dengannya dapat segera diketahui.
Patokan
yang dapat kita pakai adalah dengan menghitung Indeks Massa Tubuh atau IMT. IMT
didapat dengan menghitung berat badan dalam kilogram dibagi tinggi dalam
hitungan meter pangkat dua. Apabila angka yang keluar kurang dari 18,5, maka
itu sudah termasuk underweight. IMT yang normal berkisar antara 18,5 - 23.
Cara
lain yang sederhana dapat dilakukan dengan menghitung tinggi badan dikurangi
seratus. Hasilnya dikurangi dengan 10 % dari hasil tadi. Apabila berat badan di
bawah angka tersebut, berarti termasuk underweight. Kedua cara penghitungan
tersebut termasuk cukup akurat dan sederhana karena setiap orang dapat
menghitung sendiri dan mengetahui kondisi tubuhnya. Dengan demikian, dapat
ditentukan pola makan atau pola olahraga apa yang sesuai untuk kondisi tubuh.
Bila
Anda memiliki berat badan kurang meski tubuh telah banyak diasup makanan
bergizi, coba perhatikan seberat apa aktivitas Anda. Jika seseorang memiliki
aktivitas banyak sementara asupan makanannya kurang, itu jadinya tidak
seimbang. Sama halnya dengan ketika ia makan banyak, namun aktivitasnya lebih
banyak lagi. Maka ia tidak gemuk karena makanan yang masuk tidak menjadi lemak,
melainkan langsung menjadi otot.
Hal
yang banyak terjadi pada underweight adalah kebiasaan atau pola makan yang
tidak teratur, seperti terbiasa menahan lapar atau memberi asupan makanan yang
sedikit untuk tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh hilangnya nafsu makan,
terbiasa menunda makan, atau alasan gaya hidup seperti merokok. Rokok tidak membuat
seseorang menjadi kurus, tetapi kebiasaan merokok membuat asupan makanan
seseorang menjadi kurang. Bahkan, pada kasus underweight tertentu seseorang
bisa saja menahan lapar seharian.
Sementara
penyebab lain adalah faktor genetik. Pada kasus ini, perubahan bentuk tubuh
akan sulit dilakukan. Jika faktor genetik yang menjadi penyebab, maka bentuk
tubuh akan sulit diubah. Tetapi satu yang penting adalah bahwa ia makan dengan
kandungan gizi yang sesuai sehingga kebutuhan otot dan lemak terpenuhi.
Pola
Makan Seimbang
Orang
dengan berat badan kurang, kadang mengabaikan kandungan bahaya dalam makanan.
Pikiran bahwa ia tidak mengalami kegemukan justru membuatnya merasa bebas
melahap apa saja dan kapan saja. Padahal, hal ini tentu tak dibenarkan karena
setiap kandungan yang diperlukan tubuh memiliki porsi ideal masing-masing.
Faktanya,
penderita kolesterol itu banyak yang kurus. Memang, orang yang gemuk berisiko
terkena penyakit tersebut, namun sebenarnya penyumbatan itu tidak pandang bulu.
Mereka yang berat badannya kurang tetap dapat terserang penyakit jantung,
stroke, dan kolesterol.
Orang
dengan berat badan kurang pun memiliki risiko yang sama apabila pola makan tak
pernah diperhitungkan. Oleh karena itu, penting untuk tetap mengatur pola makan
dan memenuhi komposisi zat yang dibutuhkan tubuh.
Tubuh
kita ini memerlukan komposisi yang sesuai, yaitu 50 – 60% karbohidrat, 15%
protein dan 30% lemak.
Lemahnya
Otot
Orang
dengan berat badan kurang biasanya memiliki komposisi tubuh yang tidak seimbang,
khususnya lemak dan otot. Mereka cenderung tidak memiliki otot dan lemaknya
sangat sedikit. Padahal lemak berfungsi untuk melindungi bagian tubuh yang
vital dari benturan. Ibaratnya, lemak adalah bantalan di dalam tubuh.
Sementara
itu, otot berfungsi untuk menciptakan daya tahan tubuh, membantu produksi
enzim, dan sistem hormonal lainnya. Apabila kekurangan hormon, praktis terjadi risiko
penurunan daya tahan tubuh. Hasilnya, ia akan mudah sakit karena mudah terkena
infeksi. Umumnya orang underweight juga makannya sedikit sehingga rentan
terkena anemia. Akibatnya, ia akan sering merasa lemas, tak bertenaga, bahkan
dapat pula berdampak pada siklus haid yang tak teratur (biasanya yang terjadi
adalah siklus haid menjadi panjang). Anemia dapat terjadi disebabkan karena defisiensi
zat besi. Kurangnya zat besi berkontribusi pada rendahnya kadar haemoglobin di
dalam darah yang akan menyebabkan buruknya peredaran darah sehingga hal ini
akan menyebabkan gangguan pada organ – organ tubuh.
Tak
hanya di situ, orang dengan berat badan kurus juga diintai oleh kemungkinan
risiko osteoporosis karena kurangnya kandungan mineral (calcium) dalam tubuh.
Ketika tubuh kekurangan mineral, tubuh akan mengandalkan cadangan calcium
tubuh, tubuh akan menyerap dari tulang. Sehingga tulang menjadi keropos dan
dapat terjadi osteoporosis. Beban tulang yang kurang menyebabkan ia tidak
padat. Tulang menjadi keropos sehingga ia lebih berpotensi mengalami
osteoporosis.
Infertilitas
juga dapat terjadi pada orang dengan berat badan yang kurang. Hal ini
dikarenakan buruknya peredaran darah di organ serta buruknya regenerasi sel.
Lapisan lemak di
tubuh juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh. Orang dengan berat badan
kurang sering merasakan kedinginan, meskipun suhu di sekitarnya hangat.
Tetap
Harus Olahraga
Orang
dengan berat badan kurang juga tetap membutuhkan olahraga untuk membakar kalori
dan mengubahnya menjadi otot. Namun untuk yang bertubuh kurus atau underweight,
olahraga yang dilakukan tak perlu berlebihan. Cukupkan durasi antara 20 – 30
menit olahraga dan lakukan 3x / minggu. Pembakaran kalori yang berlebihan
ketika olahraga akan mengakibatkan sumber energi lebih terserap sehingga
metabolisme dan daya tahan tubuh pun ikut menurun.
Orang
dengan berat badan kurang sebenarnya memiliki pilihan olahraga yang lebih
banyak jika dibandingkan dengan mereka yang kelebihan berat badan. Mereka yang
kurus bisa berolahraga seperti lari, jalan kaki, atau olahraga lainnya.
Kuncinya, harus diiringi dengan makan yang seimbang dan teratur. Namun ia harus
menghindari angkat beban karena dikhawatirkan akan berpengaruh pada tulang dan
otot mereka.
No comments:
Post a Comment