Tuesday, February 2, 2016

Virus Zika



Virus Zika termasuk dalam family Flaviviridae dan genus Flavivirus. Pada manusia, virus ini dapat menyebabkan demam ringan yang disebut dengan demam Zika atau penyakit Zika. Sejak tahun 1950, penyakit ini menjangkiti wilayah khatulistiwa mulai dari Africa ke Asia. Pada tahun 2014, virus ini menyebar ke arah timur, melintasi samudra pasifik ke Polynesia, Pulau Easter dan di tahun 2015, telah menyebar ke Amerika Tengah, Caribia dan Amerika Selatan, dan akhirnya Zika menjadi wabah pandemic.

Virus Zika berhubungan dengan virus dengue penyebab demam berdarah, demam kuning, Japanese encephalitis dan virus West Nile. Gejala yang ditimbulkan juga mirip dengan demam berdarah dengue dan diterapi dengan cukup istirahat. Virus ini belum bisa dicegah dengan obat maupun vaksin. Kemungkinan, terdapat hubungan antara demam Zika dan kejadian microcephaly pada bayi yang baru lahir dari ibu yang terjangkit penyakit ini, demikian juga dengan kondisi neurologis pada dewasa seperti Guillain Barre Syndrome.
Pada Januari 2016, US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan petunjuk bepergian / travel guidance ke Negara yang terjangkit, termasuk pencegahan apa yang perlu dilakukan serta petunjuk untuk ibu hamil dan himbauan untuk menunda kunjungannya. Pemerintahan lainnya atau pusat kesehatan juga akan segera mengeluarkan larangan bepergian, sementara Colombia, Republik Dominika, Ekuador, El Salvador dan Jamaika menyarankan wanita untuk menunda kehamilannya hingga dapat diketahui resiko virus ini terhadap kehamilan.
Virus Zika diamati dengan Mikroskop Elektron

Virology
Bersama dengan virus lain dalam family yang sama, Virus Zika merupakan virus berkapsul dan berbentuk icosahedral dengan genome RNA, tidak bersegmen dan berantai tunggal. Virus ini berhubungan erat dengan virus Spondweni dan familynya
Virus ini pertama ditemukan pada bulan April 1947 dari rhesus monyet macaque yang dikurung di hutan Zika, di wilayah Uganda, dekat sungai Victoria, oleh peneliti dari Institute Demam Kuning. Penemuan kedua berasal dari nyamuk Aedes africanus yang juga terdapat di wilayah yang sama pada bulan Januari 1948. Ketika monyet yang sedang diteliti mengalami demam, peneliti berhasil mengisolasi dari serumnya, suatu virus yang kemudian dikenal sebagai virus Zika (tahun 1952). Pada tahun 1968, virus ini pertama kali diisolasi dari seorang manusia di Nigeria. Sejak tahun 1951 hingga 1981, bukti bahwa adanya infeksi terhadap manusia, telah dilaporkan oleh wilayah Afrika lainya, seperti Republic Central Africa, Mesir, Gabon, Sierra Leone, Tanzania dan Uganda, termasuk sebagian dari wilayah Asia yang meliputi India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam

Patogenesis dari virus ini dimulai dari infeksi sel dendrit di dekat tempat masuknya (gigitan nyamuk), yang diikuti dengan penyebaran ke kelenjar limfa dan ke peredaran darah. Flavivirus biasanya bereplikasi di sitoplasma dari sel, tetapi, antigen dari virus Zika, ditemukan menginfeksi inti sel (Sel nucleus). Ada 2 turunan dan virus Zika, yaitu turunan Afrika dan turunan Asia. Penelitian phylogenetic mengindikasikan bila virus yang menyebar di Amerika berhubungan dekan dengan strain French Polynesian. Urutan genom virus Zika juga telah dipublikasikan secara lengkap. Temuan terbaru dari urutan domain publik menemukan perubahan dalam nonstruktural protein 1 kodon yang dapat meningkatkan tingkat replikasi virus pada manusia.


Penularan

Virus Zika ditularkan oleh nyamuk yang aktif menggigit saat siang hari dan telah diisolasi dari sejumlah spesies dalam genus Aedes, seperti Aedes aegypti, nyamuk arboreal seperti A. africanus, A. apicoargenteus, A. Furcifer, A. hensilli , A. luciocephalus dan A. vitattus. Penelitian menunjukkan bahwa masa inkubasi di dalam nyamuk adalah sekitar 10 hari. Virus Zika dapat bermigrasi antar manusia melalui kontak seksual dan juga dapat melewati plasenta, mempengaruhi janin yang belum lahir. Seorang ibu yang sudah terinfeksi virus Zika pada dekat waktu persalinan dapat menularkan virus ke bayinya, tapi ini jarang terjadi.
Aedes aegypty

Inang utama dari virus ini adalah monyet dan manusia. Sebelum pandemi saat ini, yang dimulai pada tahun 2007, virus Zika diketahui jarang menyebabkan infeksi pada manusia, bahkan di daerah yang sangat enzootic.
Risiko potensial dari penularan virus Zika ini, dapat dibatasi oleh distribusi spesies nyamuk yang menularkannya (vektor). Penyebaran global virus Zika melalui Aedes aegypti, menjadi luas karena perdagangan global dan pariwisata. Distribusi Aedes aegypti sekarang telah meluasdi semua benua termasuk Amerika Utara dan bahkan pinggiran Eropa pinggiran. Sebuah populasi nyamuk yang membawa virus Zika telah ditemukan di lingkungan Washington, DC Capitol Hill, dan bukti genetik menunjukkan mereka dapat bertahan setidaknya empat musim terakhir di wilayah tersebut. Para peneliti menyimpulkan bahwa nyamuk beradaptasi terhadap iklim di wilayah utara ini,

Laporan terbaru telah menarik perhatian akan penyebaran virus Zika di Amerika Latin dan Karibia. Negara - negara dan wilayah yang telah diidentifikasi oleh Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO) telah mengalami transmisi local virus Zika adalah Barbados, Bolivia, Brazil, Kolombia, Republik Dominika, Ekuador, El Salvador, Guyana Prancis, Guadeloupe, Guatemala, Guyana, Haiti, Honduras, Martinique, Meksiko, Panama, Paraguay, Puerto Rico, Saint Martin, Suriname, dan Venezuela.

Pada tahun 2009, Brian Foy, seorang ahli biologi dari Colorado State University, menularkan virus Zika melalui hubungan seksual kepada istrinya. Ia mengunjungi Senegal untuk mempelajari nyamuk dan digigit pada sejumlah kesempatan. Beberapa hari setelah kembali ke Amerika Serikat, ia menjadi sakit karena virus Zika. Sebelumnya, ia telah melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan istrinya. Dia kemudian menunjukkan gejala infeksi Zika dengan sensitivitas yang ekstrim terhadap cahaya. Foy adalah orang pertama yang diketahui menularkan virus ini ke manusia lain melalui kontak seksual.
Pada tahun 2015, virus RNA Zika terdeteksi dalam cairan ketuban dari dua janin yang menunjukkan bahwa virus ini juga dapat melintasi plasenta yang mana hal ini berarti infeksi dapat ditularkan dari ibu ke anak.

Klinis
Gejala umum dari infeksi virus ini meliputi sakit kepala ringan, ruam makulopapular, demam, malaise, konjungtivitis, dan nyeri sendi. Kasus pertama dari virus Zika didokumentasikan pada tahun 1964; gejalanya dimulai dengan sakit kepala ringan, dan berlanjut ke ruam makulopapular, demam, dan nyeri punggung. Dalam waktu dua hari, ruam mulai memudar, dan dalam waktu tiga hari, demam menjadi reda tetapi ruamnya masi menetetap. Sejauh ini, demam Zika telah menjadi penyakit yang relatif ringan dalam lingkup yang terbatas, dengan hanya satu dari lima orang yang  mengembangkan gejala, tanpa korban jiwa, namun potensi yang sebenarnya sebagai agen virus penyakit tidak diketahui.
Hingga tahun 2016, belum ditemukan vaksin atau obat pencegahan untuk virus ini. Gejala penyakit ini dapat diobati dengan istirahat cukup, cairan, dan parasetamol (acetaminophen), sedangkan aspirin dan non steroid anti-inflamasi obat hanya digunakan ketika demam berdarah dengue telah di kesampingkan untuk mengurangi risiko perdarahan.
 
Rash di tangan akibat virus Zika
Hubungan dengan mikrocephaly
Pada bulan Desember 2015, diduga bahwa infeksi transplasenta janin dapat menyebabkan microcephaly dan kerusakan otak. Di bulan ini juga, Pusat Eropa untuk Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mengeluarkan update komprehensif tentang kemungkinan asosiasi dari virus Zika. CDC menyatakan bahwa, Ada laporan kejadian microcephaly bawaan pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus Zika sewaktu hamil. Virus Zika telah dikonfirmasi menyebabkan beberapa bayi lahir dengan microcephaly, tetapi tidak diketahui ada berapa banyak kasus microcephaly yang berkaitan dengan infeksi virus Zika.



Komplikasi neurologis lain
Pada epidemic French Polynesian, terdapat 73 kasus Guillain Barre syndrome dan kondisi neurologis lainnya yang terjadi pada populasi yang berjumlah 270.000 jiwa yang mungkin merupakan komplikasi dari virus Zika.

Pengembangan vaksin
Terdapat beberapa vaksin yang efektif untuk beberapa family flaviviruses. Vaksin untuk virus demam kuning, Japanese Encephalitis, dan tick-borne ensefalitis diperkenalkan pada tahun 1930, sedangkan vaksin untuk demam berdarah telah tersedia untuk digunakan pada pertengahan 2010 an
Saat ini, pengembangan vaksin untuk virus Zika telah dilakukan. Menurut Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Infeksi, para peneliti di Pusat Penelitian Vaksin memiliki pengalaman yang luas pada pengerjaan vaksin untuk virus lain seperti virus Nile, virus chikungunya, dan demam berdarah. Nikos Vasilakis dari Pusat Biodefense dan Emerging Infectious Diseases meramalkan bahwa mungkin diperlukan waktu dua tahun untuk mengembangkan vaksin, tetapi diperlukan 10 hingga 12 tahun sebelum vaksin virus Zika efektif disetujui oleh regulator untuk penggunaan umum.
Sumber : Wikipedia

No comments:

Post a Comment